Dua Prajurit TNI Gugur dalam Serangan Separatis Papua

Insiden Penembakan terhadap Prajurit TNI di Papua

Pada hari Sabtu (11/10/2025), dua prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dilaporkan gugur dalam serangan yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Serangan ini terjadi di dua lokasi berbeda di wilayah Papua. Dalam peristiwa tersebut, tiga prajurit TNI lainnya juga mengalami luka-luka akibat tembakan dari kelompok bersenjata tersebut.

Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom menyampaikan bahwa penyerangan terhadap pasukan TNI dilakukan oleh dua unit berbeda. Pertama, di Distrik Moskona Utara Jauh, Teluk Bintuni, Papua Barat Daya, penyerangan dilakukan oleh TPNPB KodaIV Sorong Raya yang dipimpin oleh Mafred Fatem. Penyerangan terjadi pada pukul 12 siang waktu setempat dan melibatkan beberapa anggota kelompok bersenjata. Dalam penyerangan tersebut, empat prajurit TNI menjadi sasaran.

“TPNPB melaporkan telah melakukan penyerangan dan mengeksekusi satu aparat militer Indonesia, serta menembak tiga orang aparat lainnya hingga kritis,” ujar Sebby melalui pesan singkat.

Salah satu prajurit TNI yang meninggal dunia adalah Praka Amin Nurohman, yang merupakan anggota dari Yonif 403/Wirasada Pratista dan tergabung dalam Satgas Pamtas Kewilayahan Yonif 410/Alugoro. Selain itu, pasukan TPNPB juga berhasil merampas senjata laras panjang dari para prajurit TNI.

Dalam peristiwa lainnya pada hari yang sama, Sebby menjelaskan bahwa pasukan TPNPB Kodap XV Ngalum Kupel melakukan penyerangan di Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua. Dalam penyerangan tersebut, satu prajurit TNI bernama Letda Fauzy Sulkarnaen tewas. Letda Fauzy diketahui merupakan anggota Yonid 733/AVT.

Sebby menegaskan bahwa penyerangan di Kiwirok dilakukan sebagai balasan atas serangan-serangan yang dilakukan oleh pasukan TNI menggunakan pesawat pengebom Super Tucano dari Brasil. “Pertempuran di Kiwirok ini adalah serangan balasan terhadap aparat militer Indonesia karena telah melakukan serangan-serangan bom dengan pesawat tempur Super Tucano terhadap pemukiman-pemukiman warga sipil,” jelas Sebby.

TPNPB-OPM menegaskan bahwa mereka bertanggung jawab atas kedua insiden tersebut. “Bahwa kami bertanggung jawab atas dua penyerangan tersebut,” kata Sebby.

Selain itu, TPNPB-OPM meminta agar militer Indonesia tidak menjadikan warga sipil Papua sebagai respons balasan. Mereka juga mengimbau lembaga-lembaga internasional yang netral untuk terus memantau para pengungsi yang sedang mencari perlindungan diri dari kontak tembak dengan aparat militer Indonesia.

Peristiwa Serangan di Berbagai Lokasi

Penyerangan yang terjadi di dua distrik berbeda menunjukkan bahwa kelompok OPM semakin aktif dalam melakukan aksi-aksi kekerasan terhadap pasukan TNI. Dalam serangan pertama, di Distrik Moskona Utara Jauh, TPNPB KodaIV Sorong Raya yang dipimpin oleh Mafred Fatem melakukan serangan terhadap empat prajurit TNI. Dalam penyerangan tersebut, satu prajurit tewas dan tiga lainnya luka parah. Selain itu, senjata laras panjang juga berhasil dirampas oleh kelompok bersenjata tersebut.

Sementara itu, di Distrik Kiwirok, pasukan TPNPB Kodap XV Ngalum Kupel melakukan penyerangan terhadap satu prajurit TNI. Serangan ini disebut sebagai balasan atas serangan-serangan yang dilakukan oleh pasukan TNI menggunakan pesawat pengebom. Hal ini menunjukkan adanya siklus kekerasan antara pihak TNI dan kelompok separatis.

Imbauan dari TPNPB-OPM

Selain menegaskan tanggung jawab atas serangan-serangan tersebut, TPNPB-OPM juga mengeluarkan imbauan kepada masyarakat internasional. Mereka meminta agar lembaga-lembaga internasional yang netral terus memantau kondisi para pengungsi yang mencari perlindungan di hutan-hutan dan distrik-distrik lainnya. Hal ini dilakukan karena risiko kontak tembak dengan aparat militer Indonesia masih tinggi.

Imbauan ini menunjukkan bahwa kelompok OPM ingin mendapatkan perhatian global terhadap situasi kemanusiaan di wilayah Papua. Namun, di sisi lain, mereka tetap mempertahankan posisi bahwa tindakan mereka adalah bentuk perlawanan terhadap kebijakan pemerintah Indonesia yang dinilai tidak adil.

Kesimpulan

Peristiwa serangan terhadap prajurit TNI di dua lokasi berbeda menunjukkan bahwa konflik di Papua masih memanas. Dengan adanya penembakan dan pengambilan senjata, situasi di wilayah tersebut semakin sulit dikelola. TPNPB-OPM terus berusaha memperkuat posisi mereka dengan menegaskan tanggung jawab atas serangan-serangan yang dilakukan, sekaligus meminta dukungan dari komunitas internasional. Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pihak berwenang dapat mengatasi konflik ini secara damai.