Harapkan Rida Kiai, Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Kembalikan Santunan

Duka Mendalam di Ponpes Al Khoziny

Duka masih menyelimuti keluarga korban dari ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Meskipun pihak pesantren telah memberikan santunan sebagai bentuk belasungkawa, beberapa keluarga justru memilih mengembalikan bantuan tersebut demi mendapatkan ridha dan doa para kiai.

Santunan Diterima, Lalu Dikembalikan Demi Rida Guru

Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Al Khoziny, KHR Muhammad Ubaidillah Mujib atau yang akrab disapa Kiai Mamad, menjelaskan bahwa santunan diberikan sebagai bentuk duka cita mendalam bagi para santri yang meninggal dalam musibah tersebut. Santunan juga dimaksudkan untuk membantu biaya pengiriman jenazah ke kampung halaman masing-masing.

“Santunan ini kami berikan dengan niat tulus, sebagai ungkapan belasungkawa sekaligus permohonan maaf kepada keluarga korban,” ujarnya pada Senin (6/10/2025).

Namun, salah satu keluarga korban bernama Sholeh, santri asal Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, memutuskan untuk mengembalikan santunan tersebut. Keputusan itu disampaikan oleh kakak almarhum, Abdul Fattah, yang menilai ridha dan doa para guru lebih berarti dibandingkan bantuan materi.

“Kami tidak ingin menerima santunan itu bukan karena menolak niat baik pesantren, tapi karena kami hanya ingin mendapatkan rida para kiai dan guru. Semoga doa mereka menjadi keberkahan bagi almarhum dan keluarga kami,” kata Abdul dengan haru.

Doa untuk Para Santri yang Gugur Saat Beribadah

Kiai Mamad menyampaikan bahwa seluruh keluarga besar pesantren turut berduka atas wafatnya para santri yang menjadi korban. Ia menyebut, Sholeh dan rekan-rekannya wafat dalam keadaan mulia, karena meninggal dunia saat melaksanakan salat dan dalam posisi menuntut ilmu agama.

“Semoga almarhum Sholeh wafat dalam keadaan husnul khotimah. Dia meninggal ketika sedang beribadah dan dalam perjuangan menuntut ilmu,” ujarnya.

Korban dan Proses Evakuasi Terus Berlanjut

Tragedi ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny terjadi pada Senin, 29 September 2025, tepat saat salat asar berlangsung. Ratusan santri yang sedang beribadah mendadak tertimpa reruntuhan bangunan, sebagian berhasil diselamatkan, sementara puluhan lainnya ditemukan meninggal dunia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Minggu (5/10/2025) malam pukul 21.00 WIB, terdapat 156 korban, terdiri atas 104 orang selamat dan 52 orang meninggal dunia, termasuk 5 bagian tubuh yang belum teridentifikasi.

Proses evakuasi masih terus dilakukan hingga hari kedelapan, dengan prioritas utama mencari korban yang diduga masih tertimbun puing-puing bangunan. Tim SAR gabungan bersama TNI, Polri, dan relawan terus bekerja siang malam untuk mengangkat sisa reruntuhan yang sudah mencapai 80 persen.

Doa dan Harapan dari Warga

Masyarakat luas, terutama para wali santri dan alumni pesantren, terus mengirim doa untuk para korban. Di berbagai daerah, digelar acara tahlil dan doa bersama. Banyak warga menilai keputusan keluarga korban yang mengembalikan santunan merupakan bentuk ketulusan iman dan penghormatan terhadap guru spiritual.

“Rida kiai itu lebih berharga daripada apapun. Ketika keluarga korban mengembalikan santunan, itu bukan karena menolak bantuan, tapi karena ingin menjaga hubungan batin dengan pesantren dan para guru,” ujar salah satu warga Sidoarjo yang turut hadir dalam doa bersama.

Upaya Pemulihan dan Tanggung Jawab Pesantren

Pihak pesantren Al Khoziny menegaskan akan bertanggung jawab penuh dalam membantu proses pemulihan, termasuk perawatan korban luka dan pembangunan kembali fasilitas pesantren yang ambruk. Selain itu, proses audit konstruksi bangunan juga dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Kiai Mamad berharap masyarakat tidak terburu-buru menyalahkan pihak manapun sebelum hasil investigasi resmi keluar. “Kami fokus pada penanganan korban dulu. Semua ini adalah ujian berat bagi kami semua,” ucapnya.

Tragedi di Ponpes Al Khoziny Menjadi Pengingat

Tragedi di Ponpes Al Khoziny menjadi pengingat bagi lembaga pendidikan Islam di seluruh Indonesia agar lebih memperhatikan aspek keselamatan bangunan dan kesiapsiagaan bencana, tanpa mengurangi semangat menuntut ilmu para santri.