Jumlah Dapur MBG Baru 10.900 Unit, BGN: Tantangan Membangun Ekosistem
JAKARTA, New Moon
– Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Irjen Pol Sony Sonjaya menyampaikan bahwa secara nasional jumlah dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) yang beroperasi saat ini sebanyak 10.900 unit. Jumlah ini masih jauh dari kebutuhan BGN yang mencapai 30.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
“Secara nasional, dari total kebutuhan sekitar 30.000 SPPG, saat ini baru sekitar 10.900 unit yang beroperasi,” ujar Sony setelah meninjau SPPG di Malang, Minggu (26/10/2025).
Di Kota Malang, jumlah SPPG yang tersedia saat ini hanya sebanyak 25 dari kebutuhan sebanyak 83 SPPG. Sony menegaskan bahwa ke depan akan dikembangkan hingga mencapai 83 SPPG. Namun, untuk itu diperlukan ketersediaan pasokan sayur, ikan, dan bahan pangan lainnya yang cukup.
“Kalau di Malang saat ini baru ada 25 SPPG, dan ke depan akan berkembang menjadi 83, maka kebutuhan sayur, ikan, dan bahan pangan lainnya harus dipastikan cukup. Ini harus dirancang sejak awal,” ujar dia.
Sony menjelaskan bahwa ke depan BGN tidak hanya fokus pada peningkatan jumlah dapur, tetapi juga membangun ekosistem yang terbentuk di tiap wilayah.
“Jadi, tantangannya ke depan bukan sekadar membangun dapur, tapi membangun seluruh ekosistemnya agar berjalan selaras,” ujar Sony.
Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam memastikan keberhasilan Program MBG, terutama pada aspek rantai pasok pangan lokal yang berkelanjutan.
“Istilah MBG-preneur menarik dan inspiratif. Namun, tidak boleh berhenti di konsep dapur saja, karena ruang lingkupnya jauh lebih luas,” ujar dia.
Maka dari itu, Sony mengingatkan tentang pentingnya menjaga aliran dana pemerintah pusat agar memberi manfaat bagi ekonomi lokal, bukan justru terserap ke daerah lain akibat ketergantungan pasokan.
“Kalau menunya telur tapi telurnya dibeli dari luar daerah, artinya uangnya keluar. Malang seharusnya bisa memenuhi kebutuhan telur, sayur, dan buah dari wilayah sendiri. Inilah inti kemandirian pangan,” ujar dia.
Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyatakan bahwa Program MBG adalah program strategis nasional yang mendapat perhatian langsung dari Presiden.
“Kami memastikan perencanaannya berjalan baik dan manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat. Ini bagian dari upaya membangun ekosistem makan bergizi nasional,” ujar dia.
Rachmat menilai bahwa implementasi MBG di Kota Malang memiliki potensi besar untuk menjadi model nasional.
“Rantai pasok dari hulu hingga penerima manfaat harus menjadi satu kesatuan sistem. Hasil peninjauan hari ini menjadi langkah penting agar model MBG di Malang bisa menjadi contoh sukses,” tegas dia.
Tantangan dan Strategi Pengembangan MBG
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menghadapi beberapa tantangan utama, termasuk kurangnya jumlah SPPG yang beroperasi, ketergantungan pasokan pangan dari luar daerah, serta perlu adanya koordinasi antar sektor. Untuk mengatasi hal ini, BGN dan pihak terkait berkomitmen untuk memperkuat ekosistem pangan lokal.
Beberapa strategi yang digunakan meliputi:
Peningkatan jumlah SPPG di berbagai wilayah, terutama di daerah dengan kebutuhan tinggi.
Penguatan rantai pasok pangan lokal untuk memastikan ketersediaan bahan baku seperti sayur, ikan, dan telur.
Peningkatan kemandirian pangan dengan memaksimalkan produksi dalam negeri.
Pembentukan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan alokasi dana dapat dimanfaatkan secara optimal.
Peran Daerah dalam Pengembangan MBG
Daerah seperti Malang menjadi contoh penting dalam pengembangan MBG. Dengan potensi sumber daya alam dan pertanian yang cukup, Malang memiliki peluang besar untuk menjadi model sukses dalam penerapan program ini.
Namun, untuk mewujudkan hal ini, diperlukan perencanaan yang matang dan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat, semuanya harus bekerja sama untuk memastikan keberlanjutan program.
Kesimpulan
Program MBG merupakan salah satu inisiatif penting dalam memperbaiki gizi masyarakat Indonesia. Meski masih menghadapi tantangan, dengan kerja sama yang baik dan komitmen dari semua pihak, program ini memiliki potensi besar untuk menjadi solusi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.